tenaga insinyur indonesia semakin terbatas

Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rudianto Handojo menyebutkan, jumlah tenaga insinyur di Indonesia semakin terbatas. “Tenaga insinyur di Indonesia semakin terbatas. Di samping karena minat siswa belajar di perguruan tinggi makin rendah, juga karena langkanya proyek infrastruktur di tanah air,” jelas Rudianto dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis ( 14/4/2011 ).
Ia menyebutkan, Indonesia hanya mampu menghasilkan tenaga insinyur sekitar 35.000 sarjana teknik per tahunnya, sedangkan China sanggup menghasilkan sepuluh kali lipatnya dengan jumlah 300-400 ribu insinyur per tahun. “Terbatasnya tenaga insiyur di Indonesia sangat memprihatinkan,” tuturnya dalam sosialisasi ASEAN Australian Engineering Congres.
Penurunan jumlah tersebut tidak hanya disebabkan oleh penurunan minat terhadap jalur profesi tersebut, namun juga banyak yang beralih pekerjaan di luar bidangnya. Mengapa demikian? Rudi menuturkan, masih kurangnya penghargaan profesi insinyur dan tingkat penghargaan imbalan atas profesi dan pekerjaannya merupakah salah satu pengaruh yang besar.
Permasalahan ini pun direncanakan akan dibahas dalam ASEAN Australian Engineering Congress di Serawak pada 25-27 Juli mendatang.
Selain membahas kebutuhan insinyur pada aspek makro dan mikro secara global, kongres juga akan membahas perubahan iklim, pembangunan yang berkelanjutan, infrastruktur, manajemen air dan salurannya, serta lingkungan.
Termasuk juga pembahasan ledakan nuklir di Jepang akan dibahas dalam forum tersebut. Terkait hal ini, PII tetap mendukung pengembangan teknologi dan penggunaan nuklir yang akhir-akhir ini menuai kecaman. Menurut PII, kelemahan yang terjadi justru harus menjadi penyempurnaan untuk berikutnya.
dikutip dari http://pii.or.id/i/tenaga-insinyur-indonesia-makin-terbatas

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.